BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah
Benang
dalam penggunaannya beragam, benang merupakan suatu komponen terpenting dalam
membuat kain.peran benang dalam proses baik pertenunan maupun perajutan dalam
pembutannya berbeda seperti dalam benang perajutan di butuhkan benang yang sedikit lebih elastis di bandingkan di
dalam pertenunan,namun dalam prosesnya benang harus memiliki persyaratan
diantaranya memiliki hairness (bulu) yang lebih rata, sehingga benang ketika
mengalamai gesekkan tidak akan mudah putus,maka pada proses pertenunan biasanya
di tambahkan kanji agar menidurkan bulu pada benang. ketidakrataan rendah,crimp
pada benang membuat benang semakin lentur ,maka dari itu di butuhkan pengujian
untuk mengetahui seberapa baik kulitas benang yang telah kita gunakan agar
tidak menghambat proses pertenunan maupun perajutan, maka dari itu kita harus
memperhatikan diantaranya :
-
Hairness pada benang, berapa
besar hairness yang ada pada benang
-
Ketidakrataan semakin rata
suatu benang maka, benang tersebut semakin baik, dalam proses pembuatan kainnya
dan pada saat pencelupan akan rata.
-
Crimp pada benang.
B.
Identifikasi masalah
Melihat
aspek persyaratan diatas, kita dapat menyimpukan bahwa benang harus menalami
pengujia sebelum di gunakan dalam proses pembuatan kain diantaranya :
-
Berapa besar hairness pada
benang?
-
Apakah benang memiliki
kerataan yang baik ?
-
Apakah benang memiliki crimp
yang cukup?
C.
Maksud dan tujuan
Dalam
hal ini mahasiswa di berikan pengetahuan pengujian tentang :
-
pengujian Hairness pada benang
-
Pengujian ketidakrataan
benang
-
Pengujian crimp pada benang
BAB II
PEMBAHASAN
Dasar Teori
A.
Bulu Benang (Hairness)
Bulu
pada benang adalah serat-serat yang menonjol pada permukaan benang. Banyaknya
bulu pada benang dipengaruhi oleh :
a. Panjang
Serat
Makin panjang seratnya tentunya
ujung-ujung seratnya dalam penampang yang sama makin sedikit sehingga bulu pada
benangnya makin sedikit.
b. Kerataan
panjang serat
c. Serat
yang mempunyai variasi panjang serat yang tinggi akan mengakibatkan setting
pada mesin pemintalan susah dilakukan sehingga kemungkinan menimbulkan bulu
akan semakin tinggi.
d. Proses
pemintalan
Adanya peralatan yang tidak berfungsi
sebagaimana mestinya makin menambah kemungkinan meningkatnya bulu pada benang.
Demikian juga adanya penambahan peralatan pada pemintalan misalnya compact
spinningakan meningkatkan kualitas benang dengan sangat sedikitnya bulu
benang.
e. Bulu
benang yang tinggi akan menghambat proses selanjutnya misalnya pada proses
pertenunan sehingga untuk mengatasinya perlu dilakukan penganjian yang
intensif. Makin intensifnya proses penganjian tentunya akan mengkatkan biaya
produksi. Benang dengan bulu yang sedikit misalnya compact yarn sangat menguntungkan karena proses
penganjiannya hanya sedikit saja sehingga akan menurunkan biaya produksi.
Pengujian bulu benang
dilakukan untuk mengetahui jumlah bulu benang setiap panjang tertentu.Pengujian
dilakukan dengan alat Hairiness Tester.Prinsip pengujiannya adalah dengan cara
menghitung bulu benang menggunakan sensor photo cell dan counter panjang
benang.
Hairness adalah jumlah helai
total serat – serat yang menonjol dalam pengukuran benang nyata sepanjang 1 cm.
Contohnya hairness 4,0 dari suatu contoh berarti total jumlah panjang serat
yang menonjol 4 helai setiap benang yang panjangnya 1 cm. Jadi, hairness adalah
perbandingan total panjang serat-serat yang menonjol terhadap satuan panjang.
Hairness
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan ketidakrataan pada benang. Makin
banyak hairness, makin tidak rata benangnya. Sebaliknya, makin sedikit hairness
semakin baik mutu benang tersebut menunjukkan jumlah panjang serat yang
menonjol semakin rendah.
Penyebab terjadinya hairness antara lain:
Ø operator
yang kurang terampil
Ø adanya
bagian mesin yang rusak
Ø suhu
udara tidak sesuai
Ø bahan
baku yang berbulu
Ø Pada
alat uji ini, hairness yang diukur adalah hairness yang memiliki panjang 0,5 mm
dan 1,5 mm.
B. Crimp
pada benang
Benang
tekstur adalah benang filamen dari serat sintetis yang bersifat thermoplastis
yang telah diproses sedemikian rupa sehingga sifat fisik dan permukaannya
berubah. Misalnya menjadi rua (bulky), berjeratan (loops),
berbentuk spiral (coils) dan berbentuk crinkle. Benang yang digunakan filamen poliamida dan
filamen poliester.
Perubahan
sifat yang terjadi pada benang akan memberikan sifat-sifat tertentu pada kain,
yaitu :
-
Permukaan kain yang tidak
rata
-
Memberikan regangan pada
kain
-
Kain tidak mengkilap
-
Daya tembus udara mekin
kecil
-
Pegangan/rabaan (lembut)
pada kain
Benang
tekstur dapat dibuat dengan dua cara, yaitu :
-
Cara Mekanis
-
Cara Kimia
Biasanya dilakukan pada waktu pembuatan serat, yaitu; dengan menggunakan duajenis
polimer yang berbeda mengkeretnya.
Pembuatan Benang Tekstur Secara Mekanis
a.
Cara 3 Stage
-
Pemberian antihan
-
Pemantapan antihan (heat
set)
-
Pembukaan antihan
b.
Cara antihan palsu (False
Twist)
-
Pada prinsipnya proses False
twist ini hampir sama dengan 3 stage tadi hanya pengerjaannya dilakukan
dalam waktu yang bersamaan (simultan).
-
Terdapat beberapa tipe false
twisting, dilihat dari pembentuk antihannya, yaitu :
-
Disc type/Friction type
; antihan palsu (false twist)
dengan friction unit (Ceramic/ PU Disc).
-
Spin type ;
Pembentukan antihan palsu dengan
menggunakan spindle.
-
Belt type ;
Pembentukan antihan palsu dengan menggunakan belt.
-
Benang yang dihasilkannya
mempunyai sifat rua
c. Edge
Crimp
-
Cara ini disebut juga knife
edge. Prinsip pengerjaaanya yaitu dengan melewatkan benang filamen melalui
sebuah rol panas, kemudian dilewatkan pada ujung pisau yang dipanaskan.
-
Benang yang terjadi
dilepaskan tanpa tegangan sehingga membentuk pilinan yang melingkar seperti
per. Benang yang dihasilkannya berbentuk
spiral.
d.
Knit deknit
-
Pada cara ini benang
filamen dirajut terlebih dahulu,
kemudian kain rajut dimantapkan dengan panas, kemudian benang dibuka kembali
dan digulung pada bobin. Proses perajutan, pemantapan panas dan penggulungan
dilakukan dalam sartu waktu pengerjaan.
-
Benang yang dihasilkan
berbentuk jeratan
e. Air
Jet
-
Cara ini disebut juga caraair
texturing.
-
Prinsipnya dengan
menggunakan hembusan udara dengan kecepatan tinggi, yaitu ; Benang filamen dihembus dengan udara yang
berkecepatan tinggi + 400 m/menit. Akibat hembuasan ini benang
filamen akan terpencar menjadi
individu-individu filamen yang mempunyai loop-loop kecil sehingga bennag akan
mengkeret dan mempunyai sifat bulky.
-
Benang yang dihasilkan
berbentuk loop-loop kecil.
f. Gear
Crimp.
-
Cara ini biasa dipakai untuk
membuat benang tekstur dengan denier yang tinggi.
-
Prinsipnya dengan melewatkan
benag filamen pada sepasang roda gigi yang dipanasi sehingga benang akan
berbentuk gerigi seperti roda gigi yang dilewati. Tinggi rendahnya crimp diatur
dengan cara merubah dalamnya lekukan gigi dan jumlah gigi. Kecepatan benang 150
m/menit.
-
Benang yang dihasilkan
berbentuk gerigi.
g. Stuffer
Box
-
Prinsip cara ini adalah
dengan menyuapkan benang filamen kedalam suatu ruangan (Stuffer Box)
yang dipanaskan, dimana kecepatan penyuapan lebih besar dari kecepatan
penarikan sehingga pada stffer box terjadi penumpukan, seolah-olah terjadi
lipatan-lipatan pada benang. Benang yang terjadfi mempynuai tekukan-tekukan.
No.
|
Cara Pembentukan Tekstur
|
Gambar
|
1.
|
False
Twist
|
|
2.
|
Edge
Crimp
|
|
3.
|
Knit-deknit
|
|
4.
|
Air
Jet
|
|
5.
|
Gear
Crimp
|
|
6.
|
Stuffer
Box
|
|
Sifat fisik benang
tekstur yang diuji dilaboratorium
1.
Nomor benang (denier) dan
jumlah filamen (helai)
2.
Mulur (elongation)
3.
Tenacity (g/denier)
4.
Crimp (%)
5.
Boiling Water Shringkage
( BWS )
6.
Oil Pick Up
(%)
7.
Jumlah Interlace
8.
Snarling.
C. Ketidakrataan
Benang
Kerataan benang merupakan salah satu faktor
yang sangat menentukan kemampuan teknis pada proses selanjunya dan mutu kain
(kenampakan) yang dihasilkan.Ketidakrataan benang adalah suatu ukuran mutu
benang yang menyatakan besarnya penyimpangan masa pada panjang tertentu, yang
keberadaanya tidak mungkin dapat dihindari.Ketidakrataan benang adalah variasi
kerapatan linier sepanjang benang
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kerataan Benang :
·
Panjang
serat
Panjang
serat dan distribusi panjang serat langsung mempengaruhi setting rol draft dan
akan mempengaruhi pula kerataan benang yang dihasilkan. Ketidakrataan yang
bersumber pada hal ini disebut drafting
waves.
·
Kehalusan
serat
Kehalusan
serat mempengarughi kerataan benang karena kehalusan serat menentukan jumlah
serat pada setiap penampang benang. Dengan kehalusan serat yang sama, pada
penampang benang yang luas, jumlah seranya banyak, sedangjkan pada penampang
benang yang lebih sempit, jumlah seratnya lebih sedikit.
·
Mesin
Banyaknya gerakan mekanik yang diterima
serat mulai dari mesin bale opener, cleaner, carding, drawing, roving hingga
ring spinning menyebabkan penurunan kualitas serat.Penyetelan dan perawatan
mesin yang kurang baik mudah menyebabkan ketidakrataan. Misalnya pada
penyetelan jarak antar-rol drafting yang tidak sesuai dengan effective length
pada distribusi panjang serat akan menyebabkan crecking atau floating yang
akhirnya meghasilkan ketidakrataan benang.
Penekanan ketidakrataan benang harus
dimuali dari awal proses pengolahan serat, yaitu di mesin blowing yang
menghasilkan lap. Dengan melalui rangkaian proses panjang line ring spinning
yang sama, lap yang rata akan menghasilkan benang yang lebih rata dibanding lap
yang tidak rata.
Uster
Eveness Tester
Uster evenees tester adalah asalah satu alat yang
menggunakan sistem kapasistansi, dibuat oleh Zellweger Company di Uster
Switzerland. Alat ini terdiri dari :
1.
Eveness
tester (GGP), merupakan alat induk yang dilengkapi
dengan
2.
Recorder
(Reg. GGP), untuk mencatat grafik ketidakrataan
bahan
3.
Integrator
(ITG), yang mencatat lansung harga-harga
ketdakrataan U% atau CV%
4.
Spectograph
(SPG) dan recordernya (Reg SPG), yang mencatat
periodicity dari bahan yang diuji dan
5.
Imperfection
indicator (IP), yang mencatat banyaknya bagian benang
yang tebal atau yang tipis setiap panjang tertentu.
Prinsip Bekerjanya
Uster Eveness Tester
Pada alat ini terdapat condensator pengukur atau
measureing comd yang terdiri dari 8 slot, selanjutnya disebut electrode-elektrode,
yang berhadapan satu sama lain dengan jarak tertentu.
Jika pada suatu sirkuit
seperti gambar di atas dipasang voltage w maka akan timbul medan listrik di dalam
ruangan antar-elektrode E. Apabila dalam medan listrik itu dipasang suatu
isolator atau bahan tekstil P misalnya, maka medan listrik diperkuat; hal ini
dapat dilihat pada perubahan aliran listriknya misalnya dengan ammeter yang
sensitive. Perubahan aliran liatrik ini selanjutnya dijadikan informasi dan
dicatat pada recorder maupun dilanjutkan pada bagian uster eveness tester
lainnya.
Tabel Slot dan Nomor Benang
Slot
|
Ne1
|
1
|
0,015 – 0,06
|
2
|
0,2 – 0,047
|
3
|
0,65 – 0,18
|
4
|
3,7 – 0,53
|
5
|
9 – 3,7
|
6
|
28 – 9
|
7
|
73 – 28
|
8
|
150 – 73
|
Tabel Waktu Evaluasi Minimum
Kecepatan Benang (meter/menit)
|
Waktu Evaluasi (menit)
|
8
|
5
|
25
|
1
|
50
|
1
|
100
|
1
|
200
|
1
|
BAB III
PENGAMATAN DAN PENGUJIAN
A. Pengujian Hairness benang
ALAT
DAN BAHAN
Hairiness tester yang dilengkapi :
Ø Sensor
photocell
Ø Motor
penggulung benang
Ø Benang
yang akan diuji
Hairiness
Tester
LANGKAH
KERJA
1. Menyalakan
alat uji hairness.
2. Menyalakan
seperangkat computer yang terpasang pada alat uji.
3. Mengaktifkan
kamera pada alat uji dengan mengaktifkannya pada software yang terdapat pada
kopmputer.
4. Membuka
program pengujian hairness tester.
5. Memasang
benang pada alat penguji.
6. Menyalakan
motor penggerak .
7. Menjalankan
pengujian dengan meng-klik run test pada program tersebut.
8. Pengujian
dilakukan selama 1 menit sebanyak 5 kali pengujian.
9. Mencatat
data – data yang diperoleh (bisa juga dengan meng-klik preview pada program
tersebut).
DATA
PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
No
|
0,5 mm
|
0,5 mm
|
Result
|
|
1
|
401
|
558
|
959
|
4761
|
2
|
288
|
650
|
938
|
2304
|
3
|
247
|
528
|
775
|
13225
|
Result Total ( ∑ )
|
|
|
2672
|
20290
|
Average
|
|
|
890
|
|
Max
|
959
|
|
||
Min
|
775
|
|
100,72
No
|
1,5 mm
|
1,5 mm
|
Result
|
|
1
|
40
|
36
|
76
|
64
|
2
|
37
|
60
|
97
|
169
|
3
|
28
|
53
|
81
|
9
|
Result Total ( ∑ )
|
254
|
242
|
||
Average
|
84
|
|
||
Max
|
97
|
|
||
Min
|
76
|
|
B. Pengujian Crimp pada
filament
ALAT
DAN BAHAN
1. Crimp
tester
2. Mesin
Reeling
3. Dudukan
berskala
4. Oven
5. Stopwatch
Alat uji crimp
Mesin
reeling
Beban 1 Beban II Beban
III
Neraca Digital Pengait
LANGKAH
KERJA
1. Panjang contoh digulung
menggunakan reeling dengan jumlah putaran disesuaikan dengan panjang benang.
2. Benang dipanaskan didalam oven selama 10 menit pada suhu
sesuai dengan jenis seratnya :
Asetat triasetat =
100°C
Poliaster =
120°C
Poliamida =
120°C
Poliakrilat =
180°C
3. Menggantungkan benang pada alat tanpa beban selama 30
menit.
4. Memasang kaitan dan memberi beban seberat 247,5 gram.
5. Setelah 10 detik baca angka pada skala (Lg).
6. Melepaskan beban 247,5 tunggu selama 10 menit kemudian baca
skala (Lz).
7. Memasangkan beban 22,5 gram, tunggu selama 10 detik
kemudian baca (Lf).
8. Melepaskan beban 22,5 gram, segera pasang beban 2500 gram
setelah 10 detik, lepaskan beban 2500 gram, tunggu 30 menit kemudian baca (Lb)
DATA
PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
Benang
filament
Panjang à 120
yard = 109,73 m
Berat à
1,784 gram
Lg = 44,5mm = 445
Lz = 40 mm = 400
Lf = 42,2 mm = 422
Lb = 40,8 mm = 408
Kontraksi Crimp :
Modulus Crimp :
Stabilitas Crimp :
C.
Uji
Ketidakrataan benang
ALAT
DAN BAHAN
1.
Uster
evenness tester
2.
Benang
yang akan diuji
LANGKAH
KERJA
Menentukan
jumlah Thin, Tick, dan Nep.
1. Menekan
tombol out put pada integrator.
2. Menyetel
semua counter pada posisi “nol” dan range of scale pada Evenness tester dan
integrator diposisi 100%.
3. Memutar
evaluating time pada imperfection indicator pada posisi 10, tunggu sampai lampu
indicator menyala.
4. Melakukan
penggulungan benang.
5. Menghentikan
penggulungan bila lampu indicator telah mati, dan mencatat Think, Tick, dan Nep
nya.
Menentukan
Grafik Ketidakrataan Periodik (Spectograf).
1. Men
ekan tombol out pada imperfection indicator.
2. Mengatur
posisi jarum grafik spectografh sesuai dengan kecepatan benang yang digunakan
dengan cara menekan tombol “start pisition” pada spectografh.
3. Memutar
tombol aplication sesuai hasil U% atau CV% dari pengujian.
4. Memutar
tombol Evaluating time imperfection indicator pada posisi “nol”.
5. Melakukan
penggulungan, kemudian tekan tombol Recorder pada posisi diagram.
6. Menekan
tombol nol corrected value pada integrator, Setelah 2 menit, dan menunggu
sampai 10 menit dan grafik akan tergambar.
7. Untuk
mengeluarkan grafik tekan tombol start position.
8. Menghentikan
penggulungan dengan menekan tombol “OFF” pada evenness tester.
DATA
PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
Benang Kapas Ne1
40,65
Average value = 19,3
Thin = 2
Thick =
Neps = 60
No
|
U %
|
|
1
|
12,2
|
0,0841
|
2
|
12,2
|
0,0841
|
3
|
12
|
0,0081
|
4
|
12,2
|
0,0841
|
5
|
11,9
|
0,0001
|
6
|
11
|
0,8281
|
|
= 11,91
|
= 0,1814
|
BAB IV
DISKUSI DAN KESIMPULAN
-
Diskusi
A.
Pengujian
bulu pada benang (Hairiness)
Pada saat praktikum Hairness tidak begitu mengalami
kesulitan karena kita hanya melihat data yang sudah tampil di layar computer
dan menyalin ulang kembali data tersebut.
Yang
perlu diperhatikan yaitu, persiapan menguji benang dalam posisi meletakkan
benang dalam alat hairiness tester.Pastikan tangan kita dalam keadaan kering
agar tidak mempengaruhi bulu-bulu yang ada. Jika basah tidak menutup
kemungkinan bulu yang tadinya keluar dipermukaan benang, bisa tertidur, sehingga hasil tes yang sesungguhnya kurang
akurat.dan pada menggulung benag pada alat jangan sampai terbalik arahnya,
karena benang tidak akan jalan jika lilitannya salah.
Praktikum
kali ini menggunakan alat yang sudah computerized
sehingga segala perhitungan dan data sudah tersedia dalam software computer. Selebihnya, computer
yang mengolah dan memberikan data sehingga dalam praktikum kali ini tidak
mengalami kesulitan berarti.
B.
Pengujian Crimp pada Benang
Pada praktikum uji crimp pada benang contoh
uji serat buatan Polyester didapat konstanta crimp 10 % untuk Dtex 162,5.
Polyester mempunyai elastisitas yang baik, jika benang polyester ditarik atau diberi beban dan kemudian dilepaskan
kembali, pemulihannya yang terjadi, missal untuk penarikan atau beban 2%
pemulihannya adalah 97%.Kekuatan dan mulur dalam keadaan basahnya sama dengan
dalam keadaan kering.Jumlah dari crimp benang buatan sudah ditentukan sebelum
serat tersebut dibuat, karena benang buatan seratnya tidak mempunyai crimp
alam.Polyester mempunyai modulus awal yang tinggi. Modulus yang tinggi
menyebabkan polyester pada tegangan kecil didalam penggulungan tidak akan
mulur.
Pada
proses pengujian benang contoh uji,tahap–tahap kerja yang dilakukan saat
pengujian terdiri dari beberapa tahapan yang berkaitan dengan waktu. Waktu yang
berbeda dilakukan pada proses pembebanan yang berbeda, mengondisikan kita untuk
selalu memperhatikan waktu. Karenanya, jangan sampai waktu yang kita berikan
kurang atau lebih pada proses, hal ini akan mempengaruhi hasil dari benang yang
diujikan. Benang tidak akan akurat hasilnya atau tidak mendekati standar yang
telah ada. Maka, proses harus dilakukan seteliti mungkin untuk mendapatkan hasi
yang efisien (tidak menyimpang dari standar).
Pada
penyimpanan contoh uji dalam oven pun benang harus terkondisikan dalam waktu
yang telah ditetapkan. Karena menghindari contoh uji yang terlalu kering.
C.
Dari data pengujian benang
contoh uji, benang memiliki U % yang bervariatif. Sehingga benang berkoefisien
variasi tinggi. Hal ini dikarenakan proses penggulungan benang pada mesin yang
kurang sempurna, rol tampung benang yang berputar dan berfungsi untuk
menggulung benang tidak bisa menampung benang yang menumpuk, sehingga banyak
benang yang keluar dari rol. Maka, hasl yang didapat pun kurang akurat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada
pengujian ini :
·
Pastikan sebelum memulai
percobaan alur benang sesuai dengan ketentuan yang benar.
·
Kecepatan benang usahakan
agar berada pada sekitar jarum + 0 %, dilihat sebelum melakukan
percobaan.
·
Pencatatan hasil usahakan
agar tiap menit tepat dibaca agar hasilnya optimal.
Dalam percobaan ini terjadi beberapa
kesulitan di antaranya, kurang teliti
memperkirakan posisi jarum tepat di antara nol dapat mempengaruhi data. Terlalu
banyaknya tombol pada mesin Uster Evenness Tester dapat membingungkan praktikan
dan kemumngkinan salah pijit sangat besar. Salahnya penempatan benang pada slot
sehingga hasil yang di peroleh tidak sesuai yang di inginkan
-
Kesimpulan
A. Pengujian
Hairiness
Dari hasil percobaan dan
perhitungan didapat,
·
Untuk bulu 0,5 mm
Result Total ( ∑ )
|
2672
|
Average
|
890
|
Max
|
959
|
Min
|
775
|
·
Untuk bulu 1,5 mm
Result Total ( ∑ )
|
254
|
Average
|
84
|
Max
|
97
|
Min
|
76
|
B.
Pengujian crimp pada benang
Dari
hasil percobaan dan perhitungan crimp, didapat hasil:
Konstanta Crimp
|
Modulus Crimp
|
Stabilitas Crimp
|
10 %
|
5 %
|
82 %
|
C. Pengujian
Ketidakrataan Benang
Dari hasil percobaan
didapat,bahwa benang poliester rayon dengan nomor Ne1 40,65 dan
average 19,3 mempunyai :
Rata-rata U% = 11,91 %
Thin = 2
Thick =
Neps = 60
Dengan, SD =0,1904 dan CV = 1,59 %
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
·
Buku Jurnal Praktikum
Pengujian dan Evaluasi Tekstil 2, Aulia Tanjung Kulon.
·
Moerdoko, Wibowo, S.Teks.
dkk. Evaluasi Tekstil bagian fisika.
Institut Teknologi Tekstil. Bandung : 1973.
·
Wagimun, S. Teks,
1989. Pengujian dan Evaluasi Tekstil.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Tekstil. Bandung
Komentar
Posting Komentar